Dec 30, 2012

30 Desember 2012

Saya belajar bersyukur lebih banyak dari biasanya, beberapa hari ini.
Jangan sampai terlambat lagi. Sebelum semua nikmat itu hilang, lalu menyesal karna telat bersyukurnya. Walaupun sebenernya mah gak ada kata terlambat buat mensyukuri nikmat, tapi kok dalam hati berasa ada yang nyindir "Halaaah kalo udah susah aja, baru inget." :'|

Saya hampir seringkali lalai mensyukuri nikmat listrik di rumah, karna toh di rumah saya yang notabene milik perusahaan tempat ayah kerja ini, listriknya gratis. Hampir jarang sekali ada pemadaman bergilir, yang bikin setrikaan mesti buru-buru dikelarin, masak buru-buru, makanan di kulkas diabis-abisin, ngecas hape di full-full-in semua, dll. 

Pernah sih, dulu, duluuuuu banget jaman saya SD, hampir 10 tahun yang lalu, ada pemadaman seminggu full karna kilang minyaknya meleduk, aktivitas di pabrik terhambat, dan listrik di perumahan semua dipadamkan lalu dialihkan untuk pemulihan pabrik. Saya waktu itu ngerasain banget turun sekolah bajunya gak disetrika, kumel, kucel, tapi santai aja wong sekelas, bahkan hampir satu sekolah bajunya kucel gak sempet disetrika. Sekolah saya muridnya anak komplek juga sih. Hehehe. 

Dan kemarin saya rasakan lagi. tiba-tiba listrik mati waktu saya baca qur'an, abis solat subuh. Allah, begitu rupanya. Kapanpun Engkau mau, segala kenikmatan bisa musnah. Secepat itu. Semudah itu. 
Lalu bagaimana dengan mereka di pelosok Indonesia entah bagian mana, yang sampai usianya kini belum pernah merasakan kehadiran listrik? Lalu bagaimana dengan mereka di Gaza, yang jangankan listrik, saat mengaji pun desing peluru mondar-mandir di atas atap rumahnya?

Subuh kali itu begitu senyap bagiku, baru kali itu, aku mengaji disinari lampu senter. 

Terimakasih atas segalanya, Allah. Atas nikmat sehat yang kau berikan, padaku, pada Ayah, pada Mamah, pada Jajang, pada Athaa, untuk listrik gratismu selama hampir 16 tahun tinggal di rumah ini. Terimakasih atas pemadaman listrik subuh kali itu, yang walaupun gak nyampe 10 menit, tapi buat aku mengerti damainya hati dalam hamdalah. Alhamdulillah :')

Dec 15, 2012

TumisKangkungBalacan

Yellow!
Alhamdulillah, kelas tumis kangkung balacan hari ini lulus tanpa remedial (?) walaupun sedikit asin. Lalu kenapa setiap makanan keasinan selalu disangkutpautkan dengan keinginan si tukang masak untuk menikah?
"ASSINN BANGEETTT! PENGEN NIKAH YAAA?!"
Korelasinya dimana? :'|

Seiring dengan suksesnya (?) tumis kangkung balacan kali ini, malem minggu di negeri maya ternyata penuh dengan suka cita mereka yang menghabiskannya sendiri maupun berdua. Alhamdulillah, saya sih berempat (?)

Ini bikin saya jadi tiba-tiba ingin bertanya, bagaimana rasanya menikah dengan orang yang tidak kamu cintai? Bagaimana rasanya? Apa benar seperti jare wong Jowo, "witing tresno jalaran soko kulino"? Atau mungkin akan sangat menyiksa? Apa ya rasanya?  Kecewa? Sedih? Penuh tantangan? Dan ternyata menyenangkan? Lalu harus bagaimana? Harus seperti apa? Atau sebaiknya tidak usah saja menikahnya? Trus?

... Karena kesimpulan sepihak berdasarkan laporan indera penglihatan akhir-akhir ini, setiap orang sepertinya bermimpi untuk dapat menikahi orang yang mereka cintai, lalu bagaimana bila mereka akhirnya harus dapat hidup bersama dengan yang tidak mereka cintai sama sekali sebelumnya? Untuk selamanya?

Hem, apa perlu ada sedikit revisi pada do'a selama ini bahwa ternyata,
"Allah, aku tidak lagi meminta untuk kau nikahkan aku dengan dia yang aku cintai. Tapi ijinkanlah aku mencintai sepenuh hati, dia yang menikah denganku nanti." 

Begitu?


Dec 13, 2012

In an octopus's garden with you

Naluri menulisku sedang menggebu-gebu, berlompatan kesana-kemari, menari-nari bagai kertas-kertas kecil tersengat listrik statis yang tersimpan dalam penggaris 30 senti setelah digosok-gosokan ke rambut. Ada yang bahkan ikut menempel bersama penggarisnya. Apa yang menempel? Naluri menulisku? Bukan, kertasnya.

Ratusan kata, ah tidak. kurasa jumlahnya ribuan. baiklah, baiklah. Ribuan kata berdesakan dalam otakku, semua mencoba menyampaikan pesannya masing-masing pada otak, memohon pada otak untuk menggerakkan sepuluh jari 
-oke, baiklah, paling tidak hanya delapan dari sepuluhnya- untuk bekerja ekstra malam ini, menuangkan apa yang sedari tadi mereka perintahkan pada otak. 

satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
...
Ah, sayang. Delapan jari ngambek, males katanya. Kebanyakan.
Ribuan kata cuma bisa muter-muter dalam otak, hanya satu-dua-tiga-empat-lima-enam-tujuh-delapan kata dan beberapa temannya yang bisa bebas keluar. Alhamdulillah katanya.

Sisanya? Delapan ratus sekian sekian sekian lainnya yang masih muter-muter dalam otak masih berusaha mencari jalan keluar, membujuk otak untuk terus merayu delapan jari, beberapa ada yang -Alhamdulillahnya lagi- bisa keluar, bebas, berkat belas kasihan delapan jari. Yang lainnya? Maaf, anda belum beruntung. 

Di langit malam ini, geledek sahut-sahutan, sama bersahut-sahutannya dengan teriakan kata-kata pada otak. Mengais belas kasihan otak, terus merajuk agar permintaannya dikabulkan. 

Ah, ya, ya, ya sudahlah. Selamat malam. Tak akan kubuat kau terdiam terlalu lama, membayangkan bagaimana aku disini berfikir, mencoba meringkas ribuan kata itu menjadi satu kata yang biasa kau dengar dulu. Karena tidak lagi ada.
Maka, lupakan. Al-Kahfi ku belum selesai. 

Oh, salam hangat dari Paul McCartney dan teman se-gengnya malam ini, 
hangat? ya, hangat, masih hangat seandainya gerimis tidak jadi turun di Gunung Pipa kali ini..



"We would be so happy you and me..
No one there to tell us what to do..
I'd like to be under the sea,
In an octopus' garden with you.."

desember

Dalam hitungan hari, duaribuduabelas udah mau abis aja lah. padahal kayanya baru kemaren kita taun baruan di Bukit Bintang, pake gelang-gelang fosfor sambil semprot-semprotin apaan tau itu namanya yang busa-busa di botol itu tuh? ya gak sih?
betapa waktu memang cepat sekali berganti

Halo? how's life overthere? be tough, Ya'. kamu pasti bisa ngelewatinnya.
sebenernya saya gak tau kenapa saya harus tulis ini disini. kenapa ya? apa saya amat sangat ingin kamu bisa baca ini?
mungkin. saya juga gak yakin sih.
tadi saya lewat, walau gak mampir. ya mana mungkin mampir sih.
trus saya jadi inget, semua yang saya lupa. emang selama ini lupa? gak sih. ah mungkin iya. oke baiklah, saya memang pernah berusaha untuk itu.
ah, ya mungkin saya tulis ini karena saya inget belom bales sms dua bulan lalu. tapi memang tidak ada yang perlu saya jawab di sms itu kan.


Ini lucu, Ya'.
bagaimana kita pernah saling mencari tau lalu akhirnya sama-sama tau dan sekarang gak tau apa-apa. atau mungkin pura-pura gak tau? saya gak tau pasti, mungkin kamu juga gak tau, mungkin gak mau tau, atau mungkin diam-diam mencari tau? cuma kamu yang tau, sih. sama Allah.
ah, Allah. betapa Dia Maha Membolak-balikkan hati, ya Ya'?



"... dan bila engkau meyakini Allah yang memegang hati setiap manusia, maka perkenalan ratusan tahun pun akan percuma bila Dia tak ridha.."


Semoga apapun yang terjadi sekarang, dan pernah terjadi kemarin jadi pembelajaran buat kita. Ternyata, Allah gak bakal ridha kalo caranya salah. itu satu. dua, menurut Allah ketergantungan sama makhluk-Nya sudah kelewatan, makanya harus begini begitu biar sadar cuma Allah satu-satunya tempat bergantung. tiga? empat? 
soon I'll find it out, begitu juga denganmu disana

Saya tau kamu gak akan menyerah sama keadaan. saya tau gimana keadaan disana. saya tau kamu sedang berjuang disana, terlepas dari benar atau tidaknya apapun jalan yang kamu pilih, kamu tau kan kamu tetep harus tanggung jawab sama itu semua. saya tau kamu bisa. jangan pernah berhenti percaya, kamu pasti bisa. Allah sayang banget sama kamu, Ya'. kamu tau itu kan?

ada secarik rindu terpilin dalam doa singkat malam ini, 
selamat hari ulang tahun yang super telat, Ya'. 
Barakallah.
:)

Dec 12, 2012